Ini Cerita Penjual Burung Keliling
Herinus penjual burung. (foto: Aceng Mukaram) |
Kebisingan
suara kendaraan siang itu disebuah sudut pepohonan besar berdiri
sesosok laki. Ia tampak mengelap mukanya. Dari kejauhan terlihat
tangannya asyik memegang seekor burung.
Herinus. Demikian nama lengkapnya yang diberikan kedua orang tuanya sejak lahir. Herinus tampak sumringah saat tahu burung yang ia jual dibeli oleh seseorang.
Pria berusia 33 tahun ini sehari-harinya berjualan burung berkeliling kota berjalan kaki. Setiap langkah jalan kakinya ia berharap burung
yang ia bawa laku. Tiada hujan, maupun panas ia tetap semangat mengais
rejeki. Puluhan kilo meter ia berjalan kaki demi untuk mencari nafkah
dengan cara menjual burung.
Setiap harinya ia terbiasa berjalan kaki berjualan burung. Setelah lelah, maka ia pun memutuskan untuk mangkal memajangkan burung nya dibawah pohon rindang di Jalan KS Tubun Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
“10 tahun keliling jualan semua jenis burung.
Murai batu dijual Rp200ribu. Kacer dijual Rp85ribu. Cecak hijau Rp
300ribu. Pentet Rp100ribu. Cecak Jenggot Rp170ribu,” tutur Herinus.
Putra dayak asal kampung Kembayan Desa Sebauk, Kecamatan Senakin, Kabupaten Landak ini menuturkan, burung yang ia jual beragam pembelinya. “Dari tukang becak hingga tukang pemulung juga beli burung yang saya jual ini,” katanya dengan nada bangga.
“Yang beli burung saya ini ada pengusaha, polisi,TNI, pejabat. Ya kata mereka sih burung saya ini terawat. Jadi, mereka sangat puas,” ucapnya.
Duda beranak satu kelas 1 SD itu mengatakan, mungkin ini sudah jalannya menjual burung. “Sebelumnya
saya bekerja di perkebunan kelapa sawit di Senakin. Setelah itu saya ke
daerah Sekayam Kabupaten Sanggau kerja memotong pokok getah karet di
sana. Tapi, hasilnya hanya cukup makan aja,” tuturnya lirih.
Dalam satu hari bisa belasan ekor burung ia jual. “Biasa bawa puluhan ekor burung
laku. Bisa ratusan ribu dapat keuntungannya dalam sehari. Sebulan Rp6
juta dapat. Saya ngambil burungnya ke hutan di Senakin sana. Ada juga
yang nitip dari tetangga di sana, lalu saya jualkan ini burungnya di
Kota Pontianak. Kalau laku bagi dua dengan yang punya burung. Saya bermodalkan kepercayaan saja”.
Ia menjelaskan, saat proses penangkapn burung itu menggunakan alat sederhana. Karena supaya burung tersebut tidak terluka atau cacat dan merusak ekosistem yang ada.
“Pakai getah karet, pakai tape dibunyikan suara burung. Kalau menangkap burung
di hutan itu bisa seminggu dapatnya belasan ekor. Kadang tiga hari ada
juga udah dapat 3-4 ekor,” ucapnya yang mengaku tetap peduli terhadap
lingkungan alam sekitar ini.
Sementara pembeli burung, Aam, mengakui kalau burung yang dijual Herinus tersebut benar-benar terawat. “Saya suka beli burung di sini, karena burung nya terawat. Sudah lama juga,” katanya. (Aceng Mukaram)