Adm

Selasa, 24 Februari 2015

Ini Cerita Penjual Burung Keliling

Herinus penjual burung. (foto: Aceng Mukaram)
Kebisingan suara kendaraan siang itu disebuah sudut pepohonan besar berdiri sesosok laki. Ia tampak mengelap mukanya. Dari kejauhan terlihat tangannya asyik memegang seekor burung.

Herinus. Demikian nama lengkapnya yang diberikan kedua orang tuanya sejak lahir. Herinus tampak sumringah saat tahu burung yang ia jual dibeli oleh seseorang. 

Pria berusia 33 tahun ini sehari-harinya berjualan burung berkeliling kota berjalan kaki. Setiap langkah jalan kakinya ia berharap burung yang ia bawa laku. Tiada hujan, maupun panas ia tetap semangat mengais rejeki. Puluhan kilo meter ia berjalan kaki demi untuk mencari nafkah dengan cara menjual burung.

Setiap harinya ia terbiasa berjalan kaki berjualan burung. Setelah lelah, maka ia pun memutuskan untuk mangkal memajangkan burung nya dibawah pohon rindang di Jalan KS Tubun Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

“10 tahun keliling jualan semua jenis burung. Murai batu dijual Rp200ribu. Kacer dijual Rp85ribu. Cecak hijau Rp 300ribu. Pentet Rp100ribu. Cecak Jenggot Rp170ribu,” tutur Herinus.

Putra dayak asal kampung Kembayan Desa Sebauk, Kecamatan Senakin, Kabupaten Landak ini menuturkan, burung yang ia jual beragam pembelinya. “Dari tukang becak hingga tukang pemulung juga beli burung  yang saya jual ini,” katanya dengan nada bangga.

“Yang beli burung saya ini ada pengusaha, polisi,TNI, pejabat. Ya kata mereka sih burung saya ini terawat. Jadi, mereka sangat puas,” ucapnya.

Duda beranak satu kelas 1 SD itu mengatakan, mungkin ini sudah jalannya menjual burung“Sebelumnya saya bekerja di perkebunan kelapa sawit di Senakin. Setelah itu saya ke daerah Sekayam Kabupaten Sanggau kerja memotong pokok getah karet di sana. Tapi, hasilnya hanya cukup makan aja,” tuturnya lirih.

Dalam satu hari bisa belasan ekor burung ia jual. “Biasa bawa puluhan ekor burung laku. Bisa ratusan ribu dapat keuntungannya dalam sehari. Sebulan Rp6 juta dapat. Saya ngambil burungnya ke hutan di Senakin sana. Ada juga yang nitip dari tetangga di sana, lalu saya jualkan ini burungnya di Kota Pontianak. Kalau laku bagi dua dengan yang punya burung. Saya bermodalkan kepercayaan saja”.

Ia menjelaskan, saat proses penangkapn burung itu menggunakan alat sederhana. Karena supaya burung tersebut tidak terluka atau cacat dan merusak ekosistem yang ada.

“Pakai getah karet, pakai tape dibunyikan suara burung. Kalau menangkap burung di hutan itu bisa seminggu dapatnya belasan ekor. Kadang tiga hari ada juga udah dapat 3-4 ekor,” ucapnya yang mengaku tetap peduli terhadap lingkungan alam sekitar ini.

Sementara pembeli burung, Aam, mengakui kalau burung yang dijual Herinus tersebut benar-benar terawat. “Saya suka beli burung di sini, karena burung nya terawat. Sudah lama juga,” katanya. (Aceng Mukaram)
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

Comments+ 0 komentar:

Entri Populer